Senin, 30 Juni 2014

Pengaruh Pemakaian Mulsa dan Dosis Pupuk Kandang Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA I
PENGARUH PEMAKAIAN MULSA DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum.L)



NAMA                       :  RASYID TOBING
NO. BP                       :  1210212078
KELAS                      :  D
ASISTEN                   :  Gefri Indra Hutabarat
   Abdul Hafiz Nasution
DOSEN                      :  Prof. Dr. Ir. Warnita, MP
                                       Dr. Haliatur Rahma, SSi, MP



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I. Tidak lupa shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari dosen dan asisten Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I serta bantuan moril dan doa dari keluarga serta partisipasi dari teman-teman praktikan lainnya. Atas semuanya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis juga berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis terutama dan bagipara pembaca nantinya. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan yang ada pada Laporan Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dari itu semua, penulis meminta kepada pembaca atas kritik dan sarannya agar laporan ini dapat mencapai kesempurnaan. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.



Padang,  09 Juni 2014

                                                                                                                                                                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
DAFTAR ISI  ………………………………………………………………
BAB I     PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………
1.1. Tujuan ………………………………………………………….
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………
            2.1. Teknik Budidaya Cabai ………………………………………..
            2.2. Mulsa Dan Kegunaannya ………………………………………
            2.3. Pupuk Kandang dan Kegunaannya …………………………….
BAB III   BAHAN DAN METODA
3.1.     Waktu dan Tempat ……………………………………………..
3.2.     Alat dan Bahan …………………………………………………
3.3.     Cara Kerja ………………………………………………………
BAB IV    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil ……………………………………………………………
4.2.      Pembahasan ……………………………………………………
BAB V      PENUTUP
5.1.      Kesimpulan …………………………………………………….
5.2.      Saran ……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
  Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi system pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-gatal.
Di Indonesia cabai merah merupakan bahan sebuah masakan sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh sebagian besar ibu ramah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Di pasar-pasar tradisional seperti Jakarta setiap hari membutuhkan buah cabai merah setiap sebanyak 75 ton dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari. Umumnya cabai merah dikumpulkan oleh para pedagang pengumpul dari petani di sekitar daerah sentra. Di samping untuk memenuhi keperluan konsumsi di dalam negeri, cabai merah juga diekspor meskipun jumlahnya masih relatif kecil. Untuk itu, diperlukan adanya penerapan tehnik budidaya yang tepat sehingga produksi yang dihasilkan tinggi dan berkualitas
Salah satu tehnologi untuk meningkatkan keberhasilan produksi cabai  dengan penggunaan penambahan pupuk kandang. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang memang dapat menyediakan unsur hara tanaman dan mempunyai pengaruh yang positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah serta mendorong jasad renik   ( Sutedjo, 2002).
Sejak peradaban paling awal, pupuk kandang dianggap sebagai sumber hara utama. Di Amerika 73 % dari kotoran ternak yang dihasilkan dalam kandang(157 juta ton) diberikan dalam tanah sebagai pupuk. Taksiran total N, P, dan K masingmasing sebesar 0,787; 0,572; dan 1,093 juta ton diberikan setiap tahun, yang setara dengan 8, 21, 0,572 % kebutuhan pupuk setiap tahun sebagai pupuk komersial (Power dan Papendick, 1997).
Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari: (1) jenis ternak, (2) umur dan keadaan hewan, (3) sifat dan jumlah amparan, dan (4) cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Sebagian dari padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik, antara lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang di jumpai dalam humus ligno-protein. (Brady, 1990).
Berdasarkan urain  tentang  manfaat pupuk kandang, maka dalam praktikum mata kuliah Tanaman Hortikultura akan melaksanakan pengamatan Pengaruh Penambahan dosis Pupuk kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai kriting ( Capsicum Annum L).
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer). Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
Mulsa dapat didefinisikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di atas permukaan tanah. Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, maka mulsa dapat dikelompokkan menjadi mulsaa organik, anorganik, dan kimia sintetik. Mulsa organik berasal terutama dari sisa panen, tanaman pupuk hijau atau limbah hasil kegiatan pertanian lainnya seperti batang jagung, jeramai padi, batang kacang tanah dan kedelai dan lain-lain yang dapat melestarikan produktivitas lahan untuk jangka waktu yan lama. Kertas koran termasuk ke dalam katagori ini. Mulsa anorganik meliputi semua bahan batuan dalam bentuk dan ukuran tertentu seperti batu kerikil, batu koral, batu bata, pasir kasar, serta batuan lainnya. Bahan mulsa ini lebih banyak digunakan untuk tanaman hias.
Mulsa kimia sintetik meliputi semua bahan yang sengaja dibuat khusus untuk mendapatkan pengaruh tertentu jika diperlakukan pada tanah. Jenis bahan ini meliputi bahan-bahan plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar yang seragamserta bahan-bahan kimia yang berbentuk emulsi seperti bitumin, aspal, krilium, dan lateks yang berfungsi sebagai soil conditioner. Mulsa mempunyai terbukti dapat mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Mulsa mempunyai beberapa kebaikan antara lain dapat melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran hujan, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, memelihara suhu dan kelembaban tanah, dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
Pemberian mulsa dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Pemberian mulsa khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini selain dapat menambah bahan organik tanah juga dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga daya infiltrasi air menjadi lebih besar. Dari berbagai kebaikan yang diberikan kepada tanah, mulsa telah terbukti juga memberikan kebaikan pada pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memberikan hasil yang lebih memuaskan.

1.2. Tujuan
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabain dengan berbagai perlakuan yang diberikan.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknik Budidaya Cabai
            Pemilihan lokasi memiliki peranan penting dalam keberhasilan usaha agribisnis cabe. Lahan yang cocok untuk cabe, tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari penuh. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabe menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya bahan organik dan tidak mudah becek (Samadi, 1997).
Menurut (Harpenas & Dermawan (2010) langkah-langkah dalam persiapan lahan tanam adalah:
a)      Lahan dibersihkan dahulu dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya dan sampah-sampah lainnya harus disingkirkan dari areal penanaman.
b)      Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30-40 cm, lalu dibentuk bedengan-bedengan selebar 110-120 cm, tinggi 40-50 cm, dan lebar parit 60-70 cm.
c)      Disekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling dengan lebar 70 cm dan kedalaman 70 cm.
d)     Setelah bedengan terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang yang telah matang sebanyak 1,0-1,5 kg/ tanaman.
e)      Pada tanah yang pH-nya rendah (tanah masam), bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dilakukan pengapuran sebanyak 100-125 g/tanaman.
f)       Pupuk kandang dan kapur diaduk dengan tanah bedengan secara merata sambil dibalik, lalu bedengan dibiarkan selama 1-2 minggu.

Bibit diperoleh dari penyemaian benih. Benih ini dapat diperoleh dari hasil pengeringan buah terpilih atau dari pembelian benih yang sudah siap disemaikan. Bedengan pembibitan harus aman dari berbagai gangguan. Salah satu caranya dengan membuat atap dari plastik transparan. Selain mencegah terpaan dari sinar matahari langsung, atap plastik juga menjaga bedengan dari siraman air hujan, hama dan penyakit, serta menjaga kelembaban. Beberapa pekerjaan yang dilakukan saat pembibitan diantaranya penyiangan, penyiraman pemupukan, serta pemeriksaan terhadap hama dan penyakit (Samadi, 1997).
Pada dataranan rendah umumnya cabe mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Di dataran tinggi, panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali. Umumnya, panen cabe dapat dilakukan 20-25 kali panen atau tergantung kondisi pertanamannya. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah embun atau air habis terhempas dari permukaan kulit buah. Hal ini dimaksudkan  agar buah yang dipetik tidak terkontaminasi oleh mikroba pembusuk (Samadi, 1997).
Cabai merah atau cabe (Capsicum annum L.) termasuk suku Selanaceae dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabe banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung minyak atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan panas bila kita gunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Kebutuhan akan cabai di indonesia terus mengalami  peningkatan dari tahun ke tahun dengan harga yang naik-turun (fluktuatif). Fenomena cabai membuat bercocok tanam cabai menjadi salah satu bisnis pertanian yang sangat menarik. Selain karena harga jualnya yang tinggi, cabai juga dapat dipanen  berkali-kali dalam rentan waktu yang tidak terlalu lama (Agromedia, 2011).
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Wikipedia, 2013)
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Cabai merah adalah jenis buah yang dihasilkan dari pohon yang disebut pohon cabai. Cabai merah tergolong ke dalam jenis terung – terungan (Andriyatmoko, 2011).
Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010).
Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang rapat.
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong,matau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati, 2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
Buah cabai menurut (Anonimc, 2010), buahnya buah buni berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.
Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil,umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. Sedangkan menurut (Anonima, 2007) bunga cabai merupakan bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak daun. (Tjahjadi, 2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1- 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.

2.2. Mulsa dan Kegunaannya
            Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Hendiwati, 2006).
Mulsa adalah material penutup tanaman, khususnya pada tanaman budidaya, biasanya sering kita jumpai di perkebunan. Bentuk mulsa menyerupai plastik berwarna hitam atau berwarna silver mengkilap, ada pun tujuan atau manfaat mulsa. Manfaat mulsa itu digunakan untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi fluktuasi suhu tanah, menekan pertumbuhan gulma yang dapat mengganggu tanaman budidaya, dan untuk mencegah buah agar tidak langsung  menyentuh tanah karena apabila menyentuh tanah buah akan busuk sehingga produksi menurun (Dermawan, 2010).
Mulsa adalah komponen penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Pada awal sejarahnya, sistem mulsa banyak digunakan petani anggur untuk mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman anggur. Cara ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam yang lain. Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar) ( Sutedjo, 2002).
Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah (Tjahjadi, 1991).
Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan. Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan organik dari tanaman leguminose seperti benguk, Arachis, dan sebagainya (Tjahjadi, 1991).
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering (Harpenas, 2010).
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya (Hamdani, 2009).
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya relatif mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budidaya cabai atau melon. fungsi mulsa plastik ini dapat memantulkan sinar matahari secara tidak langsung untuk menghalau hama tungau, thrips dan apahid, selain itu mulsa plastik digunakan dengan tujuan menaikkan suhu dan menurunkan kelembapan di sekitar tanaman-ini dapat menghambat munculnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Hamdani, 2009).
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya (Kadarso, 2008).
Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman. Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan ditanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama (Kadarso, 2008).
Unsur fisik tanah yang sangat dipengaruhi oleh bahan mulsa ialah suhu tanah. Suhu tanah ini sangat bergantung pada proses pertukaran panas antara tanah dengan lingkungannya. Proses ini terjadi akibat adanya radiasi matahari dan pengaliran panas kedalam tanah melalui proses konduksi. Pemulsaan mengubah warna tanah yang dengan sendirinya dapat mengubah albedo tanah. Perubahan suhu tanah terjadi karena perubahan radian energy yang mencapai tanah. Adanya mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir kedalam tanah lebih sedikit disbanding tanpa mulsa. Selain itu, permukaan tanah yang diberi mulsa memiliki suhu maksimum harian lebih rendah dibanding tanpa mulsa (Lesmana, 2010).
Mulsa plastik putih dapat menurunkan suhu tanah. Hal ini disebabakan radiasi yang direfleksikan kembali akan cukup besar sehingga berkurang suhu maksimum harian dari tanah yang diberi mulsa. Sedangkan mulsa plastik hitam cenderung meningkatkan suhu tanah karena radiasi yang direfleksikan kembali sangat kecil (Lesmana, 2010).
Kegiatan – kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat panen. Demikain juga dengan penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada lubang tanam atau sekitar batang tanaman (Yuliani, 2009).
Mulsa plastik ini mutlak diperlukan untuk penanaman cabai terutama pada musim hujan. Salah satu keuntungan pemakaian mulsa plastik ini adalah dapat menekan serangan hama dan penyakit. Keuntungan ini muncul karena warna perak akan memantulkan sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan (Yuliani, 2009).
Mulsa plastik adalah lembaran platik berwarna hitam perak yang berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi dan menjaga kelembaban tanah, struktur tanah, kesuburan tanah serta menghambat pertumbuhan gulma atau rumput liar yang berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dengan system tanpa mulsa. Pada system budidaya cabai yang dilakukan secara intrensif seringkali menggunakan mulsa hitam perak untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama serta penyakit dan gulma. Selain itu dengan menggunakan mulsa lahan cabai akan terawat dengan baik dan juga baik bagi pertumbuan tanaman cabai itu sendiri. Pertumbuhan gulma menjadi sedikit sekali, perawatan pada lahan cabe juga lebih mudah. Penggunaan mulsa hitam perak pada tanaman cabai juga menurut beberapa petani bisa meningkatkan produktivitas serta efektif mengurangi pertumbuhan gulma. Sebab mulsa ini bisa menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap stabil. Selain itu, dengan adanya mulsa, pemberian pupuk, pengendalian gulma maupun hama penyakit dapat berkurang baik dalam segi biaya dan waktu yang dibutuhkan (Supanjani, 2009).
Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner et al., 1960).  Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik.
Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan.  Secara umum seluruh cahaya matahari yang menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik (Lamont, 1993).
Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman budidaya yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi .  Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi jagung manis yang bernilai ekonomis tinggi seperti, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan (Soewardjo, 1981).
Fungsi lain dari mulsa hitam perak sebagai penutup lahan adalah warna hitamnya menimbulkan kesan gelap secara langsung sehingga bisa menekan pertumbuhan gulma. Sedangkan warna perak di salah satu sisi bagian mulsa ini mampu memantulkan sinar matahari agar pemanfaatan sinar matahari tidak hanya secara langsung terkena tanaman cabe, sehingga proses photosintesis bisa berlasung pada kedua sisi daunnya. Selain itu warna perak pada mulsa juga bisa mengurangi perkembangan hama aphids dan tungau yang selalu bersarang pada tanaman cabai serta secara tidak langsung dapat menekan serangan penyakit yang disebabkan oleh virus (Soewardjo, 1981).
2.2. Pupuk Kandang dan Kegunaannya
Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah perta­nian. Yang yang dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotor­an hewan/ ternak dan urine. Hindarkan pemakaian pupuk kandang yang masih baru, sebab pupuk kandang yang masih baru belum masak benar, dan suhunya masih tinggi (Soewardjo, 1981).
Pupuk kandang dapat bermanfaat bagi tanaman tergantung pada kandungan gizi/hara pada pupuk, aplikasi metode dan waktu penggunaan, dan angka waktu ketersediaan gizi/hara pupuk kandang. Pemakaian pupuk atau perlakuan-perlakuan yang harus dilakukan sebelum pupuk dipakai agar bermanfaat sebagai cara untuk mengembalikan unsur hara yang telah terangkut atau meningkatnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah guna keperluan pertumbuhan tanaman (Sutedjo (2010).
            Bila digunakan secara benar, kotoran dari hewan dapat dijadikan sumber nutrisi yang baik bagi tanaman. Salah satunya adalah menyediakan NH4 bagi tanaman. Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O3 dari 5 kg K2O serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil (Sutedjo (2010).
Kandungan gizi/hara pada pupuk kandang dapat berbeda-beda tergantung pada jenis hewan dan makanannya, jenis dan jumlah pupuk kandang, kandungan pupuk kandang, dan metode penyimpanannya. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pupuk kandang berhubungan dengn komposisi hara yang dikandung. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, kondisi pemeliharaan, lama atau barunya kotoran, dan tempat penyimpanannya (Hardjowigeno, 2010).
Kandungan nutrisi pada pupuk-pupuk kadang berbeda-beda. Dilihat dari jenis hewannya, pupuk kandang memiliki persentase kandungan hara yang berbeda. Contohnya saja pada pupuk yang berasal dari babi dimana kandungan N totalnya 8-10%, P2O5 7-9%, dan K2O 7-8%. Bahan padat dan bahan cair di dalam kandang dapat menyatu, sehingga pupuk kandang mengandung zat-zat N, P, dan K. Walaupun kandungan zat-zat tersebut tidak dalam keadaan seimbang biasanya kandungan N lebih tinggi (Sutedjo (2010).
Pupuk kandang merupakan bahan organik dan humus yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan sifat fisik, kimia, biologi tanah dan mengandung unsur hara makro maupun mikro, sehingga makin banyak pula ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sarief, 1989).
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman untuk melengkapi ketersediaan unsur hara.  Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya.  Tiga diantaranya diserap dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan Hidrogen (H).  Sedangkan tiga belas mineral lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).
Pupuk digolongkan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa mahluk hidup yang diolah melalai proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi. (Novizan, 2003).
Kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi. Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fifik dan cara kerja seperti pupuk kimia. Pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik.pupuk ini juga tidak mencemari lingkungan. Karena itu konsep “Organic Farming” yang mengenjurkan pemupukan hanya dengan pupuk organik dan tidak menggunakan pupuk anorganik yang dapat mencemari lingkungan mulai banyak dikembangkan (Sutedjo, 1991).
Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung  unsure nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan  satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Contohnya pupuk majemuk antara lain diamonium phosphat yang mengandung unsur nitrogen, Phosphor, dan kalium. (Jumin, 1994).
Pupuk kandang mengandung unsur hara mikro dan makro. Pupuk kandang makro mengandung fosfor, nitrogen dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung antara lain : K, Mg, S, Na, Fe, Cu, dll. Pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal pupuk kandang yang baik/ yang telah baik memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak dan baunya tidak berkurang. Jika tidak memenuhi cciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan. Pengunaan pupuk kandang yang baik dicampur dengan media tanam secara merata (Sutedjo, 1991).
Pupuk kandang sebagai salah satu bahan organik merupakan pupuk yang berasal dari kandang ternak baik berupa kotoran padat bercampur sisa makanan maupun air kencing ternak. Pupuk kandang dapat menambah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah. Selain itu, ternyata pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisika mendorong perkembangan jasad renik tanah. Dengan kata lain, pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah. Pemberian pupuk kandang juga merupakan salah satu cara untuk mencegah kehilangan unsur hara dari pencucian, dimana pupuk kandang akan bertindak sebagai pengabsorbsi kation yang dapat diambil tanaman (Sutedjo, 1991).
Pupuk kandang dapat dikatakan sebagai pupuk lengkap di samping unsur N, P, dan K sebagai unsur makro utama juga mengandung Ca, Mg, dan S sebagai unsur makro sekunder dan sejumlah kecil unsur mikro seperti Mn, Cu, dan B. Akan tetapi, pemanfaatan pupuk kandang sebagai sumber hara yang tersedia harus mengalami dekomposisi yang sebagian besar harus dilakukan oleh aktifitas mikroorganisme tanah (Sutedjo, 1991).
Kotoran sapi padat mengandung 1,1-1,5 % N, 0,5  % P, dan 0,9 % K.  Kotoran sapi berbentuk cairnya mengandung hara 1 % N, 0,50 % P, dan 1,50 % K. Namun apabila pupuk kandang ini digunakan untuk pemupukan, ketersediaanya hara dalam tanah yang bisa digunakan tanaman sangat bervariasi, yang tergantung oleh faktor: (a) sumber dan komposisi pupuk kandang, (b) cara dan waktu aplikasi, (c) jenis tanah dan iklimnya, dan (d) sistem pertaniannya (Atmojo, 2007).
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir sehingga menjadi berkerak dan keras bila terpengaruh udara. Selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk tersebut menjadi sukar untuk menembusnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah mengalami hambatan dan perubahannya berlangsung secara perlahan. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas, dan keadaan ini mencirikan bahwa pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin, sehingga pemakaian atau pembenamannya ke dalam tanah dilakukan tiga atau empat minggu sebelum masa tanam (Sutedjo, 1992).
pupuk kandang dapat dibedakan atas pupuk kandang segar dan pupuk kandang matang. Pemakaian pupuk kandang matang lebih cepat melapuk dalam tanah sehingga waktu pemakaiannya dapat dibedakan dengan pemakaian pupuk kandang segar.  Lingga (1991) menambahkan bahwa pupuk kandang siap dipakai bila tidak lagi terjadi penguraian oleh jasad renik, tidak tercium lagi bau amoniak, bentuknya sudah berupa tanah gemmbur bila diremas, dan nampak kering berwarna coklat tua (Rinsema, 1983).
Kelebihan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah karena kandungan bahan organik yang tinggi berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah (Sarief, 1985). Sedangkan menurut Buckman dan Brady tahun 1961 (cit. Hakim et al., 1986) pupuk kandang juga mempunyai kekurangan yaitu lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat makanan harus mengalami perubahan sebelum dapat diserap tanaman.













BAB III
BAHAN DAN METODA


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Hortikultura ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2014 yang   bertempat di Kebun Percoabaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan dari praktikum ini adalah Cabe, pupuk kandang, dan mulsa, sedangkan untuk alatnya adalah cangkul.

3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah pertama tanah dibersihkan dan diolah terlebih dahulu setelah itu dibuat bedengan 1x3 m. Lalu dikasih pupuk kandang biarkan selama 1 minggu. Kemudian diberikan perlakuan yaitu dengan memberikan mulsa serta pupuk kandang dengan dosis tertentu dengan beberapa kali pengulangan, serta dibuat juga bedengan kontrol untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mulsa dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dan pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil perhitungan rata-rata tinggi tanaman dan jumlahn daun dari setiap perlakuan yang ada sebagai berikut :
4.1.1        Tinggi Tanaman
No
Perlakuan
Minggu Ke-
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
6
7

(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
1
Kontrol + Tanpa Mulsa
3,62
6,64
9,70
9,54
12,72
15,04
17,36
74,62
10,66
2
Kontrol + Mulsa
6,60
8,22
11,08
13,60
14,9
16,53
17,75
88,68
12,66
3
25% Pukan + Tanpa Mulsa
5,23
9,87
16,49
19,01
19,90
24,35
26,16
121,01
17,28
4
50% Pukan + Tanpa Mulsa
7,59
9,11
14,12
16,96
21,60
25,58
29,36
124,32
17,76
5
75% Pukan + Tanpa Mulsa
9,80
11,73
15,09
16,91
20,14
23,24
29,14
126,05
18
6
25% Pukan + Mulsa
5,72
6,58
10,92
12,73
15,56
19,05
22,61
93,17
13,31
7
50% Pukan + Mulsa
7,25
11,53
14,70
18,73
15,34
22,30
26,02
115,87
15,55
8
75% Pukan + Mulsa
7,86
10,55
11,5
18,10
22,07
26,81
24,97
121,86
17,40
Jumlah
53,67
74,23
103,6
125,58
142,23
172,94
193,37
865,58
122,62
Rata- Rata
6,70
9,28
12,95
15,70
17,79
21,61
24,17
107,2
15,32














4.1.2        Jumlah Daun
No
Perlakuan
Minggu Ke-
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
1
Kontrol + Tanpa Mulsa
5,46 = 5
9,39 = 9
18,99 = 19
20,72 = 21
32,41 = 32
86
17,2 = 17
2
Kontrol + Mulsa
7,83 = 8
9,72 = 10
13,88 = 14
20,72  21
23,44 = 23
76
15,2 = 15
3
25% Pukan + Tanpa Mulsa
5,06 = 5
7,89 = 8
43,79 = 44
12,92 = 13
22,35 = 22
92
18,4 = 18
4
50% Pukan + Tanpa Mulsa
5,83 = 6
10,80 = 11
25,49 = 25
37,68 = 38
44,71= 45
125
25
5
75% Pukan + Tanpa Mulsa
10,92 = 11
14,50 = 15
27,74 = 28
36,23 = 36
50,31 = 50
140
28
6
25% Pukan + Mulsa
6,35 = 6
9,85 = 10
21,83 = 22
30,57 = 30
44,05 = 44
112
22,4 = 22
7
50% Pukan + Mulsa
9,83 = 10
20,39 = 20
35,51 = 35
33,83 = 34
45,40 = 45
144
28,8 = 29
8
75% Pukan + Mulsa
6,57 = 6
9,57 = 9
21,40 = 21
49,57 = 49
86,63 = 87
172
34,3 = 34
Jumlah
57,85 = 58
92,11 = 92
208,63 = 209
242,24 = 242
349,3 = 350
947
189,3 = 189
Rata- Rata
7,23 = 7
11,51 = 11
26,07 = 26
30,28 = 30
43,66 = 44
188,37 = 188
23,66 = 24


4.2. Pembahasan
            Berdasarkan pada praktikum yang telah dilaksanakan dan juga setelah diamati dan didapatkan hasil maka diketahui bahwa pada bedengan dengan perlakuan pemberian mulsa serta pupuk kandang lebih menunjukkan hasil yang maksimal serta baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada perlakuan deengan menggunakan mulsa dan juga pupuk kandang terlihat bahwa pertumbuhan tanaman cabai untuk setiap pengamatan menunjukkan peningkatan yang cukup baik dan seimbang, dimana pertumbuhan tinggi tanaman serta perkembangan daunnya memiliki keserasian sehingga pertumbuhannya dapat dikategorikan baik. Hal ini berbanding terbalik dengan perlakuan kontrol, dimana pertumbuhan tanaman cabai yang telah diamati dengan teratur dan sesuai dengan ketentuan pengamatan praktikum, terlihat bahwasanya pertumbuhannya kurang maksimal, dimana terlihat pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daunnya tidak menunjukkan peningkatan yang baik jika dibandingkan dengan data hasil pengamatan sebelumnya. Selain pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai, juga terlihat di lapangan bahwasanya pada bedengan kontrol terdapat banyak sekali tumbuh gulma, dengan kata lain pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan pada perlakuan dengan menggunakan mulsa dan pupuk kandang. Hal ini tentu sesuai dengan ketentuan dan juga literature yang menyebutkan bahwa penggunaan mulsa akan mengurangi pertumbuhan gulma di lahan pertanaman.
Mulsa adalah komponen penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Pada awal sejarahnya, sistem mulsa banyak digunakan petani anggur untuk mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman anggur. Cara ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam yang lain. Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar) ( Sutedjo, 2002).
Pupuk kandang dapat bermanfaat bagi tanaman tergantung pada kandungan gizi/hara pada pupuk, aplikasi metode dan waktu penggunaan, dan angka waktu ketersediaan gizi/hara pupuk kandang. Pemakaian pupuk atau perlakuan-perlakuan yang harus dilakukan sebelum pupuk dipakai agar bermanfaat sebagai cara untuk mengembalikan unsur hara yang telah terangkut atau meningkatnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah guna keperluan pertumbuhan tanaman (Sutedjo (2010).
Kelebihan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah karena kandungan bahan organik yang tinggi berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah (Sarief, 1985). Sedangkan menurut Buckman dan Brady tahun 1961 (cit. Hakim et al., 1986) pupuk kandang juga mempunyai kekurangan yaitu lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat makanan harus mengalami perubahan sebelum dapat diserap tanaman.















BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan pada praktikum yang telah dilaksanakan serta juga mengacu pada hasil yang telah didapatkan maka dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan tanaman cabai pada perlakuan dengan menggunakan mulsa dan pupuk kandang menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini tentu sejalan dengan konsep yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli budidaya tanaman hortikultura dalam hal ini khususnya tanaman cabai, dimana penggunaan mulsa dan juga pemberian pupuk kandang akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai beserta hasil yang diberikan.
            Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.
Pemberian mulsa dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Pemberian mulsa khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini selain dapat menambah bahan organik tanah juga dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga daya infiltrasi air menjadi lebih besar. Dari berbagai kebaikan yang diberikan kepada tanah, mulsa telah terbukti juga memberikan kebaikan pada pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memberikan hasil yang lebih memuaskan.
Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari: (1) jenis ternak, (2) umur dan keadaan hewan, (3) sifat dan jumlah amparan, dan (4) cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Sebagian dari padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa organik, antara lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang di jumpai dalam humus ligno-protein.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I ini, semoga nantinya dalam pelaksanaan praktikum ini akan lebih baik lagi. Dan diharapkan kepada praktikan untuk lebih serius dalam menjalani praktikum agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.







DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, 2011. Bertanam cabai . Jakarta : Penebar suadaya
Andriyatmoko, 2011Petunjuk Pemupukan.  Jakarta : Agromedia
Atmojo, 2007. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabe. Jakarta : Agromedia Pustaka
Dermawan, 2010. Budidaya Cabe Merah Pada Musim Hujan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Hakim, 1986. Kesuburan dan pemupukan tanah pertanian. Jakarta : Pustaka buana
Hamdani, 2009. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Jakarta : Penebar Swadaya
Hardjowigeno, 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Prassind
Harpenas, 2010. Budidaya Cabe Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya
Hendiwati, 2006. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya
Jumin, 1994. Pertanian Organik. Jakarta : Kanisius
Kadarso, 2008. Budidaya cabe merah. Jakarta : Penebar Swadaya
Lamont, 1993. Teknik Budidaya Cabe. Jakarta : Pustaka buana
Lesmana, 2010Petunjuk Pemupukan. Agromedia. Jakarta
Novizan, 2002. Bertanam Cabai). Jakarta : Balai Pustaka (Persero)
Rinsema, 1983. Terobosan Teknologi Pemupukan Dalam Era Pertanian Organik. Yoyakarta : Kanisius
Samadi, B. 1997. Budidaya cabe merah secara komersial. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara
Sarief, S.1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana
Soewardjo, 1981. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Mataram : UPT Mataram  University  press
Supanjani, 2009. Bertanam Cabai. Jakarta : Balai Pustaka (Persero)
Sutedjo. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta. : Rineka Cipta
Tjahjadi, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Wikipedia, 2013. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai, diakses pada tanggal 9 Juni 2014.
Yuliani, 2009. Bertanam cabai. Jakarta :  penebar suadaya