Take and Give
Penulis adalah mahasiswa di jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Sabtu, 07 November 2015
selain terkenal dengan kuliner nya yang enak banget... Sumatera Barat juga menyimpan keindahan alam yang eksotis.
Inilah keindahan pemandangan alam di gunung Marapi yang terletak di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
Sungguh keindahan ini sangat sayang untuk dilewatkan para pecinta alam.
dan ini beberapa dokumentasi yang ingin saya bagikan ke teman-teman.
Senin, 30 Juni 2014
Pengaruh Pemakaian Mulsa dan Dosis Pupuk Kandang Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI
TANAMAN HORTIKULTURA I
PENGARUH
PEMAKAIAN MULSA DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CABAI (Capsicum annum.L)
NAMA : RASYID TOBING
NO. BP : 1210212078
KELAS : D
ASISTEN : Gefri Indra
Hutabarat
Abdul Hafiz
Nasution
DOSEN : Prof. Dr. Ir. Warnita, MP
Dr. Haliatur Rahma, SSi, MP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I.
Tidak lupa shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai ke zaman yang berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Selesainya laporan ini tidak terlepas
dari bimbingan dan bantuan dari dosen dan asisten Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura I serta bantuan moril dan doa dari keluarga serta partisipasi dari
teman-teman praktikan lainnya. Atas semuanya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis juga berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis terutama dan bagipara pembaca nantinya. Jika terdapat
kesalahan dan kekurangan yang ada pada Laporan Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura I ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dari itu semua,
penulis meminta kepada pembaca atas kritik dan sarannya agar laporan ini dapat
mencapai kesempurnaan. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
Padang,
09 Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang …………………………………………………
1.1.
Tujuan ………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………
2.1.
Teknik Budidaya Cabai ………………………………………..
2.2.
Mulsa Dan Kegunaannya ………………………………………
2.3.
Pupuk Kandang dan Kegunaannya …………………………….
BAB III BAHAN DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat ……………………………………………..
3.2. Alat dan Bahan …………………………………………………
3.3. Cara Kerja ………………………………………………………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ……………………………………………………………
4.2. Pembahasan ……………………………………………………
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan …………………………………………………….
5.2. Saran ……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan
yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan
Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin,
vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin,
kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat
besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat
sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan
mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin,
cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar sekresi asam
lambung dan mencegah infeksi system pencernaan. Unsur lain di dalam cabai
adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi,
sesak nafas, dan gatal-gatal.
Di Indonesia cabai merah merupakan
bahan sebuah masakan sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh sebagian besar
ibu ramah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Di pasar-pasar tradisional
seperti Jakarta setiap hari membutuhkan buah cabai merah setiap sebanyak 75 ton
dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari. Umumnya cabai
merah dikumpulkan oleh para pedagang pengumpul dari petani di sekitar daerah
sentra. Di samping untuk memenuhi keperluan konsumsi di dalam negeri, cabai
merah juga diekspor meskipun jumlahnya masih relatif kecil. Untuk itu,
diperlukan adanya penerapan tehnik budidaya yang tepat sehingga produksi yang
dihasilkan tinggi dan berkualitas
Salah satu tehnologi untuk
meningkatkan keberhasilan produksi cabai dengan penggunaan penambahan
pupuk kandang. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang memang dapat menyediakan
unsur hara tanaman dan mempunyai pengaruh yang positif terhadap sifat fisik dan
kimia tanah serta mendorong jasad renik ( Sutedjo, 2002).
Sejak peradaban paling awal, pupuk
kandang dianggap sebagai sumber hara utama. Di Amerika 73 % dari kotoran ternak
yang dihasilkan dalam kandang(157 juta ton) diberikan dalam tanah sebagai
pupuk. Taksiran total N, P, dan K masingmasing sebesar 0,787; 0,572; dan 1,093
juta ton diberikan setiap tahun, yang setara dengan 8, 21, 0,572 % kebutuhan
pupuk setiap tahun sebagai pupuk komersial (Power dan Papendick, 1997).
Pupuk kandang merupakan campuran
kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan (tanaman). Dengan demikian susunan
kimianya tergantung dari: (1) jenis ternak, (2) umur dan keadaan hewan, (3)
sifat dan jumlah amparan, dan (4) cara penyimpanan pupuk sebelum dipakai.
Sebagian dari padatan yang terdapat dalam pupuk kandang terdiri dari senyawa
organik, antara lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti
yang di jumpai dalam humus ligno-protein. (Brady, 1990).
Berdasarkan urain tentang
manfaat pupuk kandang, maka dalam praktikum mata kuliah Tanaman
Hortikultura akan melaksanakan pengamatan Pengaruh Penambahan dosis Pupuk
kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai kriting ( Capsicum Annum L).
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan
tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan.
Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan.
Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok
besar pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer). Pupuk kimia
biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan
yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari
sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena
membantu pengikatan air secara efektif.
Mulsa dapat didefinisikan sebagai bahan atau material yang sengaja
dihamparkan di atas permukaan tanah. Berdasarkan sumber bahan dan cara
pembuatannya, maka mulsa dapat dikelompokkan menjadi mulsaa organik, anorganik,
dan kimia sintetik. Mulsa organik berasal terutama dari sisa panen, tanaman pupuk hijau
atau limbah hasil kegiatan pertanian lainnya seperti batang jagung, jeramai
padi, batang kacang tanah dan kedelai dan lain-lain yang dapat melestarikan
produktivitas lahan untuk jangka waktu yan lama. Kertas koran termasuk ke
dalam katagori ini. Mulsa anorganik meliputi semua bahan batuan dalam bentuk dan ukuran
tertentu seperti batu kerikil, batu koral, batu bata, pasir kasar, serta batuan
lainnya. Bahan mulsa ini lebih banyak digunakan untuk tanaman hias.
Mulsa kimia sintetik meliputi semua bahan yang sengaja dibuat khusus
untuk mendapatkan pengaruh tertentu jika diperlakukan pada tanah. Jenis bahan ini meliputi
bahan-bahan plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar yang
seragamserta bahan-bahan kimia yang berbentuk emulsi seperti bitumin, aspal,
krilium, dan lateks yang berfungsi sebagai soil conditioner. Mulsa mempunyai terbukti
dapat mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Mulsa mempunyai beberapa
kebaikan antara lain dapat melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran
hujan, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, memelihara suhu dan
kelembaban tanah, dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
Pemberian mulsa
dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat
memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga
kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin
bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah
sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Pemberian mulsa
khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik
pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini selain dapat menambah bahan organik tanah
juga dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga
daya infiltrasi air menjadi lebih besar. Dari berbagai kebaikan
yang diberikan kepada tanah, mulsa telah terbukti juga memberikan kebaikan pada
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memberikan hasil yang
lebih memuaskan.
1.2.
Tujuan
Mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan tanaman cabain dengan berbagai perlakuan yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknik
Budidaya Cabai
Pemilihan lokasi memiliki peranan penting dalam
keberhasilan usaha agribisnis cabe. Lahan yang cocok untuk cabe, tempatnya
terbuka agar mendapat sinar matahari penuh. Untuk mendapatkan kuantitas dan
kualitas hasil yang tinggi, cabe menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya
bahan organik dan tidak mudah becek (Samadi, 1997).
Menurut (Harpenas & Dermawan (2010) langkah-langkah
dalam persiapan lahan tanam adalah:
a) Lahan
dibersihkan dahulu dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman
sebelumnya dan sampah-sampah lainnya harus disingkirkan dari areal penanaman.
b) Tanah dibajak
atau dicangkul sedalam 30-40 cm, lalu dibentuk bedengan-bedengan selebar
110-120 cm, tinggi 40-50 cm, dan lebar parit 60-70 cm.
c) Disekeliling
lahan kebun cabai dibuat parit keliling dengan lebar 70 cm dan kedalaman 70 cm.
d) Setelah
bedengan terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang yang telah matang
sebanyak 1,0-1,5 kg/ tanaman.
e) Pada tanah yang
pH-nya rendah (tanah masam), bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dilakukan
pengapuran sebanyak 100-125 g/tanaman.
f) Pupuk kandang
dan kapur diaduk dengan tanah bedengan secara merata sambil dibalik, lalu
bedengan dibiarkan selama 1-2 minggu.
Bibit diperoleh
dari penyemaian benih. Benih ini dapat diperoleh dari hasil pengeringan buah
terpilih atau dari pembelian benih yang sudah siap disemaikan. Bedengan
pembibitan harus aman dari berbagai gangguan. Salah satu caranya dengan membuat
atap dari plastik transparan. Selain mencegah terpaan dari sinar matahari
langsung, atap plastik juga menjaga bedengan dari siraman air hujan, hama dan
penyakit, serta menjaga kelembaban. Beberapa pekerjaan yang dilakukan saat
pembibitan diantaranya penyiangan, penyiraman pemupukan, serta pemeriksaan
terhadap hama dan penyakit (Samadi, 1997).
Pada dataranan rendah umumnya cabe mulai dipanen pada
umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari
sekali. Di dataran tinggi, panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari
setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali.
Umumnya, panen cabe dapat dilakukan 20-25 kali panen atau tergantung kondisi
pertanamannya. Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah embun
atau air habis terhempas dari permukaan kulit buah. Hal ini dimaksudkan agar buah yang dipetik tidak terkontaminasi
oleh mikroba pembusuk (Samadi, 1997).
Cabai
merah atau cabe (Capsicum annum L.) termasuk suku Selanaceae dan merupakan
tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman
cabe banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung minyak atsiri, yang
rasanya pedas dan memberikan kehangatan panas bila kita gunakan untuk
rempah-rempah (bumbu dapur). Kebutuhan akan cabai di indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dengan harga yang naik-turun
(fluktuatif). Fenomena cabai membuat bercocok tanam cabai menjadi salah satu
bisnis pertanian yang sangat menarik. Selain karena harga jualnya yang tinggi,
cabai juga dapat dipanen berkali-kali dalam rentan waktu yang tidak
terlalu lama (Agromedia, 2011).
Cabai merupakan salah
satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia
karena memiliki harga jual
yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan
yang salah satunya adalah zat
capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu
kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan
harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri
lambung (Wikipedia, 2013)
Tanaman
Cabai Merah (Capsicum annuum L.) adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas
yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum cabai memiliki banyak
kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat,
kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Cabai merah adalah jenis buah yang
dihasilkan dari pohon yang disebut pohon cabai. Cabai merah tergolong ke dalam
jenis terung – terungan (Andriyatmoko, 2011).
Tanaman cabai (Capsicum annum L)
berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia,
Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama
kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah
berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran
cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia
dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010).
Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah
tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem
perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini
berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menguatkan berdirinya batang tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) akar
tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak
pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar
tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah,
dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk
masa yang rapat.
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010)
berbentuk hati , lonjong,matau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling.
Sedangkan menurut (Hewindati, 2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan
ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk
menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau
tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang.
Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai
merupakan Daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar.
Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm,
berwarna hijau.
Buah cabai menurut (Anonimc, 2010),
buahnya buah buni berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing
pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm,
panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau
tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih
muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter
sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang
menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.
Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman
cabai berbentuk terompet kecil,umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada
juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas
tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga,
dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin
betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat
kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. Sedangkan menurut (Anonima, 2007)
bunga cabai merupakan bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar
dari ketiak daun. (Tjahjadi, 2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai
menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai,
panjangnya 1- 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.
2.2. Mulsa dan Kegunaannya
Mulsa
adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat
tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Hendiwati, 2006).
Mulsa adalah material penutup tanaman,
khususnya pada tanaman budidaya, biasanya sering kita jumpai di perkebunan.
Bentuk mulsa menyerupai plastik berwarna hitam atau berwarna silver mengkilap,
ada pun tujuan atau manfaat mulsa. Manfaat mulsa itu digunakan untuk menjaga
kelembaban tanah, mengurangi fluktuasi suhu tanah, menekan pertumbuhan gulma
yang dapat mengganggu tanaman budidaya, dan untuk mencegah buah agar tidak
langsung menyentuh tanah karena apabila
menyentuh tanah buah akan busuk sehingga produksi menurun (Dermawan, 2010).
Mulsa adalah komponen penting dalam
sistem pertanian berkelanjutan. Pada awal sejarahnya, sistem mulsa banyak
digunakan petani anggur untuk mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris
jalur pertanaman anggur. Cara ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam
yang lain. Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang
disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan
tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan
tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar) ( Sutedjo, 2002).
Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki
kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan
gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah (seperti
cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik
sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu
memperbaiki struktur tanah (Tjahjadi, 1991).
Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan
membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap tahun atau musim,
tergantung kecepatan pembusukan. Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti
jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan organik dari tanaman
leguminose seperti benguk, Arachis, dan sebagainya (Tjahjadi, 1991).
Mulsa pada umumnya disebar secara merata
di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang
dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan rengkah
pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami
rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak
dijumpai pada daerah beriklim kering (Harpenas, 2010).
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan
alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan
alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan
mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat
terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa
organik adalah jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan
lainnya (Hamdani, 2009).
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan
sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa
plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang
sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa
anorganik ini harganya relatif mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang
banyak digunakan dalam budidaya cabai atau melon. fungsi mulsa plastik ini
dapat memantulkan sinar matahari secara tidak langsung untuk menghalau hama
tungau, thrips dan apahid, selain itu mulsa plastik digunakan dengan tujuan
menaikkan suhu dan menurunkan kelembapan di sekitar tanaman-ini dapat
menghambat munculnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Hamdani, 2009).
Dengan adanya bahan mulsa di atas
permukaan tanah, benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang
ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara
mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah
satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya (Kadarso,
2008).
Teknologi pemulsaan dapat mencegah
evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan
oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak
kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses
transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari
dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan
tanaman. Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah
terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan
ditanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang
sama (Kadarso, 2008).
Unsur fisik tanah yang sangat dipengaruhi oleh bahan mulsa
ialah suhu tanah. Suhu tanah ini sangat bergantung pada proses pertukaran panas
antara tanah dengan lingkungannya. Proses ini terjadi akibat adanya radiasi
matahari dan pengaliran panas kedalam tanah melalui proses konduksi. Pemulsaan
mengubah warna tanah yang dengan sendirinya dapat mengubah albedo tanah.
Perubahan suhu tanah terjadi karena perubahan radian energy yang mencapai
tanah. Adanya mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir kedalam tanah lebih
sedikit disbanding tanpa mulsa. Selain itu, permukaan tanah yang diberi mulsa
memiliki suhu maksimum harian lebih rendah dibanding tanpa mulsa (Lesmana,
2010).
Mulsa plastik putih dapat menurunkan suhu tanah. Hal ini
disebabakan radiasi yang direfleksikan kembali akan cukup besar sehingga
berkurang suhu maksimum harian dari tanah yang diberi mulsa. Sedangkan mulsa
plastik hitam cenderung meningkatkan suhu tanah karena radiasi yang
direfleksikan kembali sangat kecil (Lesmana, 2010).
Kegiatan –
kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya
antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan pemulsaan dapat
memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali saja yaitu
sebelum saat panen. Demikain juga dengan penyiraman perlakuannya hanya
dilakukan sekali saja. Selain itu kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan
pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada lubang tanam atau sekitar batang
tanaman (Yuliani, 2009).
Mulsa plastik
ini mutlak diperlukan untuk penanaman cabai terutama pada musim hujan. Salah
satu keuntungan pemakaian mulsa plastik ini adalah dapat menekan serangan hama
dan penyakit. Keuntungan ini muncul karena warna perak akan memantulkan sinar
ultraviolet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips,
tungau, ulat, dan cendawan (Yuliani, 2009).
Mulsa
plastik adalah lembaran platik berwarna hitam perak yang berguna untuk
melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi dan menjaga kelembaban
tanah, struktur tanah, kesuburan tanah serta menghambat pertumbuhan gulma atau
rumput liar yang berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dengan system
tanpa mulsa. Pada system budidaya cabai yang dilakukan secara intrensif
seringkali menggunakan mulsa hitam perak untuk mengurangi penguapan air dari
tanah dan menekan hama serta penyakit dan gulma. Selain itu dengan menggunakan
mulsa lahan cabai akan terawat dengan baik dan juga baik bagi pertumbuan
tanaman cabai itu sendiri. Pertumbuhan gulma menjadi sedikit sekali, perawatan
pada lahan cabe juga lebih mudah. Penggunaan mulsa hitam perak pada tanaman
cabai juga menurut beberapa petani bisa meningkatkan produktivitas serta
efektif mengurangi pertumbuhan gulma. Sebab mulsa ini bisa menjaga tanah tetap
gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap stabil. Selain itu, dengan
adanya mulsa, pemberian pupuk, pengendalian gulma maupun hama penyakit dapat
berkurang baik dalam segi biaya dan waktu yang dibutuhkan (Supanjani,
2009).
Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk
menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro
tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner et al., 1960).
Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman
yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa
plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik.
Pengaruh mulsa
plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terutama ditentukan melalui
pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang
digunakan. Secara umum seluruh cahaya matahari yang menerpa permukaan
plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam
jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan
tanah yang ditutupi mulsa plastik (Lamont, 1993).
Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi
standar umum dalam produksi tanaman budidaya yang bernilai ekonomis tinggi,
baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang
dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang
sangat tinggi . Penggunaan mulsa
plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi jagung manis yang
bernilai ekonomis tinggi seperti, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan
peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut.
Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai
ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan
(Soewardjo, 1981).
Fungsi lain dari mulsa
hitam perak sebagai penutup lahan adalah warna hitamnya menimbulkan kesan gelap
secara langsung sehingga bisa menekan pertumbuhan gulma. Sedangkan warna perak
di salah satu sisi bagian mulsa ini mampu memantulkan sinar matahari agar
pemanfaatan sinar matahari tidak hanya secara langsung terkena tanaman cabe,
sehingga proses photosintesis bisa berlasung pada kedua sisi daunnya. Selain
itu warna perak pada mulsa juga bisa mengurangi perkembangan hama aphids dan
tungau yang selalu bersarang pada tanaman cabai serta secara tidak langsung
dapat menekan serangan penyakit yang disebabkan oleh virus (Soewardjo,
1981).
2.2.
Pupuk Kandang dan Kegunaannya
Pupuk kandang
merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi
sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan
mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Yang yang dimaksud pupuk kandang ialah
campuran kotoran hewan/ ternak dan urine. Hindarkan pemakaian pupuk kandang
yang masih baru, sebab pupuk kandang yang masih baru belum masak benar, dan
suhunya masih tinggi (Soewardjo, 1981).
Pupuk kandang dapat
bermanfaat bagi tanaman tergantung pada kandungan gizi/hara pada pupuk,
aplikasi metode dan waktu penggunaan, dan angka waktu ketersediaan gizi/hara
pupuk kandang. Pemakaian pupuk atau perlakuan-perlakuan yang harus
dilakukan sebelum pupuk dipakai agar bermanfaat sebagai cara untuk
mengembalikan unsur hara yang telah terangkut atau meningkatnya ketersediaan
unsur hara di dalam tanah guna keperluan pertumbuhan tanaman
(Sutedjo (2010).
Bila digunakan secara benar, kotoran dari hewan dapat
dijadikan sumber nutrisi yang baik bagi tanaman. Salah satunya adalah
menyediakan NH4 bagi tanaman.
Secara umum
dapat disebutkan bahwa setiap ton pupuk kandang
mengandung 5 kg N, 3 kg P2O3 dari 5 kg K2O
serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil
(Sutedjo (2010).
Kandungan gizi/hara
pada pupuk kandang dapat berbeda-beda tergantung pada jenis hewan dan
makanannya, jenis dan jumlah pupuk kandang, kandungan pupuk kandang, dan metode
penyimpanannya. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pupuk kandang
berhubungan dengn komposisi hara yang dikandung. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang
sangat tergantung pada jenis hewan, kondisi pemeliharaan, lama atau barunya
kotoran, dan tempat penyimpanannya (Hardjowigeno, 2010).
Kandungan nutrisi pada pupuk-pupuk kadang berbeda-beda.
Dilihat dari jenis hewannya, pupuk kandang memiliki persentase kandungan hara
yang berbeda. Contohnya saja pada pupuk yang berasal dari babi dimana kandungan
N totalnya 8-10%, P2O5 7-9%, dan K2O 7-8%. Bahan padat dan
bahan cair di dalam kandang dapat menyatu, sehingga pupuk kandang mengandung
zat-zat N, P, dan K. Walaupun kandungan zat-zat tersebut tidak dalam keadaan
seimbang biasanya kandungan N lebih tinggi (Sutedjo (2010).
Pupuk kandang merupakan bahan organik
dan humus yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan sifat fisik, kimia,
biologi tanah dan mengandung unsur hara makro maupun mikro, sehingga makin
banyak pula ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sarief, 1989).
Pupuk merupakan material yang
ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman untuk melengkapi ketersediaan unsur
hara. Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara yang diserap oleh tanaman
untuk menunjang kehidupannya. Tiga diantaranya diserap dari udara, yakni
Karbon (C), Oksigen (O), dan Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas mineral
lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K),
Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B),
Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam
dan pupuk buatan, (2) atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang
terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi
yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah
(Hakim, 1986).
Pupuk digolongkan menjadi dua, yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari
sisa-sisa mahluk hidup yang diolah melalai proses pembusukan (dekomposisi) oleh
bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos
berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak.
Pupuk organik mempunyai komposisi. (Novizan, 2003).
Kandungan unsur hara yang lengkap,
tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya,
kandungan, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi. Pupuk organik
buatan adalah pupuk organik yang dibuat dengan teknologi tinggi sehingga
dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fifik dan cara
kerja seperti pupuk kimia. Pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik.pupuk ini
juga tidak mencemari lingkungan. Karena itu konsep “Organic Farming” yang mengenjurkan
pemupukan hanya dengan pupuk organik dan tidak menggunakan pupuk anorganik yang
dapat mencemari lingkungan mulai banyak dikembangkan (Sutedjo, 1991).
Menurut jenis unsur hara yang
dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam.
Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya
mengandung unsure nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk ini lebih praktis,
karena hanya dengan satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih
praktis, karena hanya dengan satu penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat
diberikan. Contohnya pupuk majemuk antara lain diamonium phosphat yang
mengandung unsur nitrogen, Phosphor, dan kalium. (Jumin, 1994).
Pupuk kandang mengandung unsur hara
mikro dan makro. Pupuk kandang makro mengandung fosfor, nitrogen dan kalium.
Unsur hara mikro yang terkandung antara lain : K, Mg, S, Na, Fe, Cu, dll. Pupuk
kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa
optimal pupuk kandang yang baik/ yang telah baik memiliki ciri dingin, remah,
wujud aslinya tidak tampak dan baunya tidak berkurang. Jika tidak memenuhi
cciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan. Pengunaan pupuk kandang
yang baik dicampur dengan media tanam secara merata (Sutedjo, 1991).
Pupuk kandang
sebagai salah satu bahan organik merupakan pupuk yang berasal dari kandang
ternak baik berupa kotoran padat bercampur sisa makanan maupun air kencing
ternak. Pupuk kandang dapat menambah tersedianya
bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah.
Selain itu, ternyata pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat
fisika mendorong perkembangan jasad renik tanah. Dengan kata lain, pupuk
kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga
menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah. Pemberian pupuk kandang
juga merupakan salah satu cara untuk mencegah kehilangan unsur hara dari
pencucian, dimana pupuk kandang akan bertindak sebagai pengabsorbsi kation yang
dapat diambil tanaman (Sutedjo, 1991).
Pupuk kandang dapat dikatakan sebagai
pupuk lengkap di samping unsur N, P, dan K sebagai unsur makro utama juga
mengandung Ca, Mg, dan S sebagai unsur makro sekunder dan sejumlah kecil unsur
mikro seperti Mn, Cu, dan B. Akan tetapi, pemanfaatan pupuk kandang sebagai
sumber hara yang tersedia harus mengalami dekomposisi yang sebagian besar harus
dilakukan oleh aktifitas mikroorganisme tanah (Sutedjo, 1991).
Kotoran sapi padat mengandung 1,1-1,5 % N, 0,5 % P, dan 0,9 %
K. Kotoran sapi berbentuk
cairnya mengandung hara 1 % N,
0,50 % P, dan 1,50 % K. Namun apabila pupuk
kandang ini digunakan untuk
pemupukan, ketersediaanya hara
dalam tanah yang bisa digunakan tanaman sangat bervariasi, yang tergantung oleh
faktor: (a) sumber dan komposisi pupuk
kandang, (b) cara dan waktu
aplikasi, (c) jenis tanah dan iklimnya, dan (d) sistem pertaniannya (Atmojo, 2007).
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat
yang banyak mengandung air dan lendir sehingga menjadi berkerak dan keras bila
terpengaruh udara. Selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk
tersebut menjadi sukar untuk menembusnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad
renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat
hara yang tersedia dalam tanah mengalami hambatan dan perubahannya berlangsung
secara perlahan. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas, dan keadaan
ini mencirikan bahwa pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin, sehingga
pemakaian atau pembenamannya ke dalam tanah dilakukan tiga atau empat minggu
sebelum masa tanam (Sutedjo, 1992).
pupuk kandang dapat dibedakan atas pupuk
kandang segar dan pupuk kandang matang. Pemakaian pupuk kandang matang lebih
cepat melapuk dalam tanah sehingga waktu pemakaiannya dapat dibedakan dengan
pemakaian pupuk kandang segar. Lingga
(1991) menambahkan bahwa pupuk kandang siap dipakai bila tidak lagi terjadi
penguraian oleh jasad renik, tidak tercium lagi bau amoniak, bentuknya sudah
berupa tanah gemmbur bila diremas, dan nampak kering berwarna coklat tua
(Rinsema, 1983).
Kelebihan pupuk kandang dibandingkan
dengan pupuk buatan adalah karena kandungan bahan organik yang tinggi berperan
dalam meningkatkan kesuburan tanah (Sarief, 1985). Sedangkan menurut Buckman dan
Brady tahun 1961 (cit. Hakim et al., 1986) pupuk kandang juga
mempunyai kekurangan yaitu lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat
makanan harus mengalami perubahan sebelum dapat diserap tanaman.
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Hortikultura ini dilakukan pada bulan Februari-Mei 2014 yang bertempat di Kebun Percoabaan Fakultas
Pertanian Universitas Andalas.
3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan
dari praktikum ini adalah Cabe, pupuk kandang, dan mulsa, sedangkan untuk
alatnya adalah cangkul.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara
kerja dari praktikum ini adalah pertama tanah dibersihkan dan diolah terlebih
dahulu setelah itu dibuat bedengan 1x3 m. Lalu dikasih pupuk kandang biarkan
selama 1 minggu. Kemudian diberikan perlakuan yaitu dengan memberikan mulsa
serta pupuk kandang dengan dosis tertentu dengan beberapa kali pengulangan,
serta dibuat juga bedengan kontrol untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
mulsa dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dan
pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil perhitungan rata-rata
tinggi tanaman dan jumlahn daun dari setiap perlakuan yang ada sebagai berikut
:
4.1.1
Tinggi Tanaman
No
|
Perlakuan
|
Minggu Ke-
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
(cm)
|
(cm)
|
(cm)
|
(cm)
|
(cm)
|
(cm)
|
(cm)
|
|||||
1
|
Kontrol + Tanpa Mulsa
|
3,62
|
6,64
|
9,70
|
9,54
|
12,72
|
15,04
|
17,36
|
74,62
|
10,66
|
|
2
|
Kontrol + Mulsa
|
6,60
|
8,22
|
11,08
|
13,60
|
14,9
|
16,53
|
17,75
|
88,68
|
12,66
|
|
3
|
25% Pukan + Tanpa
Mulsa
|
5,23
|
9,87
|
16,49
|
19,01
|
19,90
|
24,35
|
26,16
|
121,01
|
17,28
|
|
4
|
50% Pukan + Tanpa
Mulsa
|
7,59
|
9,11
|
14,12
|
16,96
|
21,60
|
25,58
|
29,36
|
124,32
|
17,76
|
|
5
|
75% Pukan + Tanpa
Mulsa
|
9,80
|
11,73
|
15,09
|
16,91
|
20,14
|
23,24
|
29,14
|
126,05
|
18
|
|
6
|
25% Pukan + Mulsa
|
5,72
|
6,58
|
10,92
|
12,73
|
15,56
|
19,05
|
22,61
|
93,17
|
13,31
|
|
7
|
50% Pukan + Mulsa
|
7,25
|
11,53
|
14,70
|
18,73
|
15,34
|
22,30
|
26,02
|
115,87
|
15,55
|
|
8
|
75% Pukan + Mulsa
|
7,86
|
10,55
|
11,5
|
18,10
|
22,07
|
26,81
|
24,97
|
121,86
|
17,40
|
|
Jumlah
|
53,67
|
74,23
|
103,6
|
125,58
|
142,23
|
172,94
|
193,37
|
865,58
|
122,62
|
||
Rata- Rata
|
6,70
|
9,28
|
12,95
|
15,70
|
17,79
|
21,61
|
24,17
|
107,2
|
15,32
|
||
4.1.2
Jumlah Daun
No
|
Perlakuan
|
Minggu Ke-
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Kontrol + Tanpa Mulsa
|
5,46 = 5
|
9,39 = 9
|
18,99 = 19
|
20,72 = 21
|
32,41 = 32
|
86
|
17,2 = 17
|
2
|
Kontrol + Mulsa
|
7,83 = 8
|
9,72 = 10
|
13,88 = 14
|
20,72 21
|
23,44 = 23
|
76
|
15,2 = 15
|
3
|
25% Pukan + Tanpa
Mulsa
|
5,06 = 5
|
7,89 = 8
|
43,79 = 44
|
12,92 = 13
|
22,35 = 22
|
92
|
18,4 = 18
|
4
|
50% Pukan + Tanpa
Mulsa
|
5,83 = 6
|
10,80 = 11
|
25,49 = 25
|
37,68 = 38
|
44,71= 45
|
125
|
25
|
5
|
75% Pukan + Tanpa
Mulsa
|
10,92 = 11
|
14,50 = 15
|
27,74 = 28
|
36,23 = 36
|
50,31 = 50
|
140
|
28
|
6
|
25% Pukan + Mulsa
|
6,35 = 6
|
9,85 = 10
|
21,83 = 22
|
30,57 = 30
|
44,05 = 44
|
112
|
22,4 = 22
|
7
|
50% Pukan + Mulsa
|
9,83 = 10
|
20,39 = 20
|
35,51 = 35
|
33,83 = 34
|
45,40 = 45
|
144
|
28,8 = 29
|
8
|
75% Pukan + Mulsa
|
6,57 = 6
|
9,57 = 9
|
21,40 = 21
|
49,57 = 49
|
86,63 = 87
|
172
|
34,3 = 34
|
Jumlah
|
57,85 = 58
|
92,11 = 92
|
208,63 = 209
|
242,24 = 242
|
349,3 = 350
|
947
|
189,3 = 189
|
|
Rata- Rata
|
7,23 = 7
|
11,51 = 11
|
26,07 = 26
|
30,28 = 30
|
43,66 = 44
|
188,37 = 188
|
23,66 = 24
|
4.2. Pembahasan
Berdasarkan pada
praktikum yang telah dilaksanakan dan juga setelah diamati dan didapatkan hasil
maka diketahui bahwa pada bedengan dengan perlakuan pemberian mulsa serta pupuk
kandang lebih menunjukkan hasil yang maksimal serta baik dibandingkan dengan
perlakuan kontrol. Pada perlakuan deengan menggunakan mulsa dan juga pupuk
kandang terlihat bahwa pertumbuhan tanaman cabai untuk setiap pengamatan
menunjukkan peningkatan yang cukup baik dan seimbang, dimana pertumbuhan tinggi
tanaman serta perkembangan daunnya memiliki keserasian sehingga pertumbuhannya
dapat dikategorikan baik. Hal ini berbanding terbalik dengan perlakuan kontrol,
dimana pertumbuhan tanaman cabai yang telah diamati dengan teratur dan sesuai
dengan ketentuan pengamatan praktikum, terlihat bahwasanya pertumbuhannya
kurang maksimal, dimana terlihat pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daunnya
tidak menunjukkan peningkatan yang baik jika dibandingkan dengan data hasil
pengamatan sebelumnya. Selain pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai, juga
terlihat di lapangan bahwasanya pada bedengan kontrol terdapat banyak sekali
tumbuh gulma, dengan kata lain pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan pada
perlakuan dengan menggunakan mulsa dan pupuk kandang. Hal ini tentu sesuai dengan
ketentuan dan juga literature yang menyebutkan bahwa penggunaan mulsa akan
mengurangi pertumbuhan gulma di lahan pertanaman.
Mulsa adalah komponen penting dalam
sistem pertanian berkelanjutan. Pada awal sejarahnya, sistem mulsa banyak
digunakan petani anggur untuk mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris
jalur pertanaman anggur. Cara ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam
yang lain. Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang
disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan
tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan
tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar) ( Sutedjo, 2002).
Pupuk kandang dapat
bermanfaat bagi tanaman tergantung pada kandungan gizi/hara pada pupuk,
aplikasi metode dan waktu penggunaan, dan angka waktu ketersediaan gizi/hara
pupuk kandang. Pemakaian pupuk atau perlakuan-perlakuan yang harus
dilakukan sebelum pupuk dipakai agar bermanfaat sebagai cara untuk
mengembalikan unsur hara yang telah terangkut atau meningkatnya ketersediaan
unsur hara di dalam tanah guna keperluan pertumbuhan tanaman
(Sutedjo (2010).
Kelebihan pupuk kandang dibandingkan
dengan pupuk buatan adalah karena kandungan bahan organik yang tinggi berperan
dalam meningkatkan kesuburan tanah (Sarief, 1985). Sedangkan menurut Buckman
dan Brady tahun 1961 (cit. Hakim et al., 1986) pupuk kandang juga
mempunyai kekurangan yaitu lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat
makanan harus mengalami perubahan sebelum dapat diserap tanaman.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang
telah dilaksanakan serta juga mengacu pada hasil yang telah didapatkan maka
dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan tanaman cabai pada perlakuan dengan
menggunakan mulsa dan pupuk kandang menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang
lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini tentu
sejalan dengan konsep yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli budidaya
tanaman hortikultura dalam hal ini khususnya tanaman cabai, dimana penggunaan
mulsa dan juga pemberian pupuk kandang akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai beserta hasil yang
diberikan.
Cabai merupakan tanaman perdu dari
famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai
berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara
benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung
kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin,
karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga
mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat
aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.
Pemberian mulsa
dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mulsa dapat
memperbaiki tata udara tanah dan meningkatkan pori-pori makro tanah sehingga
kegiatan jasad renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin
bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah
sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Pemberian mulsa
khususnya mulsa organik seperti kertas koran juga termasuk salah satu teknik
pengawetan tanah. Pemberian mulsa ini selain dapat menambah bahan organik tanah
juga dapat mengurangi erosi dan evaporasi, memperbesar porositas tanah sehingga
daya infiltrasi air menjadi lebih besar. Dari berbagai kebaikan
yang diberikan kepada tanah, mulsa telah terbukti juga memberikan kebaikan pada
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan memberikan hasil
yang lebih memuaskan.
Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa
makanan (tanaman). Dengan demikian susunan kimianya tergantung dari: (1) jenis
ternak, (2) umur dan keadaan hewan, (3) sifat dan jumlah amparan, dan (4) cara
penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Sebagian dari padatan yang terdapat dalam
pupuk kandang terdiri dari senyawa organik, antara lain selulosa, pati dan
gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang di jumpai dalam humus ligno-protein.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat
penulis sampaikan pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura I ini,
semoga nantinya dalam pelaksanaan praktikum ini akan lebih baik lagi. Dan
diharapkan kepada praktikan untuk lebih serius dalam menjalani praktikum agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Agromedia, 2011. Bertanam cabai . Jakarta : Penebar suadaya
Andriyatmoko, 2011. Petunjuk Pemupukan. Jakarta
: Agromedia
Atmojo, 2007. Panduan Lengkap
Budidaya dan Bisnis Cabe. Jakarta : Agromedia
Pustaka
Dermawan, 2010. Budidaya Cabe Merah Pada Musim Hujan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Hakim, 1986. Kesuburan dan pemupukan tanah pertanian. Jakarta : Pustaka buana
Hamdani, 2009.
Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan.
Jakarta : Penebar Swadaya
Hardjowigeno, 2010. Ilmu Tanah. Jakarta
: Akademika Prassind
Harpenas, 2010. Budidaya
Cabe Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya
Hendiwati, 2006. Agribisnis Cabai
Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya
Jumin,
1994. Pertanian Organik.
Jakarta : Kanisius
Kadarso, 2008. Budidaya cabe merah. Jakarta : Penebar
Swadaya
Lamont, 1993. Teknik Budidaya Cabe. Jakarta : Pustaka buana
Lesmana, 2010. Petunjuk Pemupukan. Agromedia. Jakarta
Novizan, 2002.
Bertanam Cabai). Jakarta : Balai Pustaka (Persero)
Rinsema, 1983.
Terobosan Teknologi Pemupukan Dalam Era
Pertanian Organik. Yoyakarta : Kanisius
Samadi, B. 1997. Budidaya cabe
merah secara komersial.
Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara
Sarief, S.1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana
Soewardjo, 1981. Kesuburan Tanah dan
Pemupukan. Mataram : UPT Mataram University
press
Supanjani, 2009.
Bertanam Cabai. Jakarta : Balai Pustaka (Persero)
Sutedjo. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta.
: Rineka Cipta
Tjahjadi, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Wikipedia, 2013. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai, diakses pada tanggal 9 Juni 2014.
Yuliani, 2009. Bertanam cabai. Jakarta :
penebar suadaya
Langganan:
Postingan (Atom)